TULUNGAGUNG – Workshop Pelatihan Kepenulisan fiksi dan non fiksi adalah sebuah acara yang akan dilakukan setiap semester. Kegiatan ini dimulai pada 18 Juni 2020 pukul 13.00 WIB hingga selesai secara daring. Narasumber dalam workshop ini adalah Ibu Muyassaroh seorang dosen sekaligus penulis yang berpengalaman.
Anizar Difa salah satu mahasiswa Tadris Bahasa Indonesia bertindak sebagai moderator dalam acara ini. Jumlah partisipan sebanyak 100 orang dari jurusan Bahasa Indonesia dan ada jurusan lain.
Bu Muyas pada awal pemaparannya menjelaskan perbedaan tulisan yang bersifat fiksi dan non fiksi. Dijelaskan oleh Bu Muyas, tulisan fiksi bersifat subjektif, karena penulis memiliki kebebasan untuk membuat cerita berdasarkan pendapat atau perspektifnya sendiri.
Sementara non fiksi bersifat objektif karena penulis harus menulis murni berdasarkan fakta atau kejadian yang terjadi karena tidak ada ruang untuk imajinasi, jadi penulis harus lugas
Materi inti yang disampaikan adalah teknik penulisan cerpen. Acara ini juga dihadiri beberapa delegasi dari jurusan studi lain. Bu Muyas menjelaskan beberapa kegunaan dan fungsi cerpen.
“Ada beberapa tujuan penulisan dari cerpen, di antaranya adalah sebagai hiburan bagi para pembaca, kemudian bisa juga sebagai media edukasi atau pembelajaran,” jelasnya.
Ada juga cerpen yang bertujuan untuk memberikan nilai moral pada pembaca lewat ceritanya, dan masih banyak lagi, lanjut dia.
Acara terbagi menjadi tiga sesi yaitu pembukaan, inti, dan penutup. Acara dibuka dengan pembacaan ayat suci Al Quran, menyanyikan lagu Indonesia Raya, Mars IAIN Tulungagung, dan Mars Tadris Bahasa Indonesia, dilanjutkan dengan sambutan, dan doa.
Sesi inti adalah sesi penyampaian materi oleh Ibu Muyassaroh dan sesi tanya jawab. Beberapa partisipan aktif bertanya dan berdiskusi selama sesi ini, menciptakan suasana belajar yang interaktif dan produktif. Pada sesi penutup, moderator menyampaikan kesimpulan dari materi yang telah disampaikan dan acara ditutup dengan doa.
Acara berjalan dengan lancar tanpa adanya kendala yang berarti. Semua partisipan merasa mendapatkan banyak pengetahuan dan wawasan baru tentang penulisan fiksi dan nonfiksi. Selain itu, mereka juga mendapatkan kesempatan untuk berlatih menulis dan mendapatkan feedback langsung dari narasumber. Antusiasme peserta yang tinggi diharapkan bisa dilanjutkan dengan menulis karya, baik fiksi dan nonfiksi.