MAHASISWA TADRIS BAHASA INDONESIA UIN SATU TULUNGAGUNG MENGUKIR PRESTASI GEMILANG DIGELARAN AICOIES 2022 UIN SALATIGA

WhatsApp Image 2022-06-22 at 15.00.15

Gelaran konferensi bertajuk Annual International Conference On Islamic Education for Student atau disingkat AICOIES 2022 berlangsung lancar dan bertebaran ilmu serta pengalaman. Kegiatan yang bertempat di gedung Auditorium dan Student Center kampus III UIN Salatiga ini merupakan kegiatan konferensi internasional yang akan digelar setiap tahunnya. Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari ini (21-23 Juli 2022) ini diikuti oleh sebanyak 200 peserta baik secara luring maupun daring dari kalangan mahasiswa dan dosen PTKIN seluruh Indonesia.

Dalam acara pembukaan Prof. Dr. Mansur, M.Ag. menyatakan bahwa gelaran AICOIES 2022 merupakan ajang yang tepat untuk memberikan nilai-nilai yang positif khusunya bagi moderasi beragama sekaligus mengenalkan kepada seluruh Indonesia bahwa IAIN Salatiga sudah beralih status menjadi UIN Salatiga. “Sudah 2 minggu ini secara resmi IAIN Salatiga beralih status menjadi UIN Salatiga. Tidak ada nama tokoh, cukup Kota Salatiga yang dijadikan nama, karena Salatiga merupakan kota dengan toleransi tertinggi di Indonesia” ungkap Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Salatiga.

Sedangkan Ketua Forum Dekan Tarbiyah (FORDETAK) Dr. Sururin, M.Ag. menilai bahwa kegiatan ini dapat memberikan pengertian bahwa budaya juga dapat membawa nilai moderasi beragama. “Sesuai dengan tema kegiatan bahwa indigenous culture dapat digunakan dalam moderasi beragama” jelasnya.

Secara garis besar, AICOIES 2022 mendatangkan pakar-pakar ilmu pendidikan yang bukan hanya dari dalam negeri saja pada kegiatan Plenary Sessiosn. Dibuka dengan penyampaian dari Anita D. Dudek M.E.D seorang Edupreneur and Social Worker dari USA yang menjelaskan bahwa pentingnya untuk tidak mempermalukan anak dan pentingnya kerja sosial bagi pendidikan anak. Angie Davidsen, M.S.E, seorang Kepala Sekolah Atlanta Nort School, USA mengungkapkan dalam materinya bahwa harus menanamkan nilai-nilai pada anak yaitu ketekunan, tanggung jawab, respect, dan mempunyai integritas. Erik Lincoln yang merupakan Co-Founder Peace Generation memaparkan pentingnya nila-nilai perdamaian. Terkahir, Dr. Sururin, M.Ag. memaparkan bahwa pentingnya pemertahanan budaya dan juga menerima perkembangan globasiasi harus berjalan beriringan.

Pada kegiatan Panel Session, mahasiswa mempresentasikan artikelnya di depan reviewer yang dibagi menjadi 5 ruangan. FTIK UIN SATU Tulungagung membawa delapan presenter dengan enam judul artikel yang salah satunya dalah mahasiswa Tadris Bahasa Indonesia bernama Ariadi Yury Setiawan degan judul Determining The Status of The Ontology of The Dakwah Strategy: In The Case of Religious Conversion.

Tergabung dalam ruangan tiga dengan berbagai PTKIN membuat semngat lebih terpacu. Dengan persiapan yang matang, Ariadi Yury Setiawan berhasil menyabet prestasi yang membanggakan sebagai The Best Presentable Article dalam konferensi internasional yang bertema Indigenous Culture Based Islamic Education For Moderating Religious Expression In The Public Sphere. Selain itu,  satu lagi mahasiswa dari Tadris Kimia UIN SATU Tulungagung juga dianugerahi sebagai The Best Presenter.

Dra. Siti Zumrotul Maulida, M.Pd.I dalam wawancara secara daring menilai kerja sama yang baik dapat memberikan hasil yang maksimal. “Kerja sama dan usaha yang baik, semoga bisa menjadi inspirasi bagi mahasiswa Tadris Bahasa Indonesia yang lain” ungkap wanita yang sekarang menjabat sebagai Koordinator Program Studi Tadris Bahasa Indonesia itu.