Tadris Bahasa Indonesia Bedah Novel Siti Nurbaya: Tantangan Perempuan dalam Budaya Minangkabau

TULUNGAGUNG – Jurusan Tadris Bahasa Indonesia menggelar sebuah acara bedah buku yang mengangkat tema “Tantangan Perempuan dalam Budaya Minangkabau pada Novel ‘Sitti Nurbaya’.” Acara ini diselenggarakan secara daring melalui Zoom Meeting pada tanggal 8 Desember 2020.

Dalam acara tersebut, pembicara utama adalah ibu Muyassaroh, S.S., M. Pd., seorang dosen Tadris Bahasa Indonesia yang telah lama berkecimpung di dunia sastra.

Dosen yang akrab disapa Bu Muyas membahas tentang tantangan yang dihadapi perempuan dalam budaya Minangkabau, sebagaimana yang digambarkan dalam novel “Sitti Nurbaya” karya Marah Rusli.

Dalam paparannya, beliau menyoroti norma-norma patriarki dan konflik internal yang dialami tokoh-tokoh perempuan dalam novel tersebut.

“Novel tersebut merupakan ekspresi kritik Marah Rusli terhadap perlakuan adat istiadat Minangkabau terhadap perempuan yang dianggap tidak adil, seperti minimnya dukungan terhadap pendidikan tinggi bagi perempuan dan tekanan untuk menikah dengan cepat,” jelasnya.

Dalam kesempatan ini, Bu Muyas menjelaskan keadaan perempuan dalam Sitti Nurbaya memang sangat memprihatinkan. Selain itu, perempuan dituntut untuk melepaskan belenggu yang selama ini menjerat mereka. Khususnya melalui lembaga pernikahan dan dominasi adat.

Acara bedah buku ini dihadiri oleh mahasiswa Jurusan Tadris Bahasa Indonesia yang tertarik untuk mendalami tema perempuan dalam sastra Indonesia. Para peserta aktif bertanya dan berdiskusi mengenai aspek-aspek budaya Minangkabau yang tercermin dalam novel, serta mengenai relevansinya dengan konteks sosial saat ini.

Dengan terselenggaranya acara bedah buku ini, diharapkan para peserta dapat memperluas pemahaman mereka tentang perjuangan perempuan dalam menghadapi norma-norma budaya yang membatasi, serta mengapresiasi kontribusi sastra dalam mengangkat isu-isu sosial yang penting bagi masyarakat.